Nama : Dyah Retno Wulandari
NPM : 22211296
Kelas : 4EB18
Etika Profesi Akuntansi
1.
Pengertian
Whistle Blowing
Whistle Blowing
merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan
untuk membocorkan kekurangan yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya
kepada pihak lain. Whistle blowing
berkaitan dengan kecurangan yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak
lain. Whistle blowing dibedakan
menjadi 2 yaitu:
a. Whistle
Blowing Internal
Whistle
blowing internal terjadi ketika seorang karyawan
mengetahui kecurangan yang dilakukan karyawan kemudian melaporakan kecurangan
tersebut kepada atasannya.
b. Whistle
Blowing Eksternal
Whistle
blowing eksternal terjadi ketika seorang karyawan
mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan lalu membocorkannya kepada
masyarakat karena kecurangan itu akan merugikan masyarakat.
2.
Alasan
Terjadinya Whistle Blowing
Perilaku
whistle blowing berkembang atas
beberapa alasan, yaitu
a. Pergerakan
dalam perekonomian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan,
keahlian, dan kepedulian sosial dari para pekerja.
b. Keadaan
ekonomi sekarang telah memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak
informasi.
c. Akses
informasi dan kemudahan berpublikasi menuntun whistle blowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah atas
pergeseran perekonomian ini.
3.
Pengertian
Creative Accounting
Menurut
Sulistiawan dan Alvia (2011), creative
accounting adalah aktivitas badan usaha (perusahaan) untuk memanfaatkan
teknik dan kebijakan akuntansi (technics
and accounting policies) guna memperoleh hasil yang diinginkan, seperti
penyajian nilai asset atau nilai laba yang lebih tinggi (over valued) atau lebih rendah (under
valued) tergantung dari motivasi manajemen perusahaan untuk melakukannya.
Menurut
pengertian beberapa ahli dalam bidang akuntansi (misal Middleton, 2009),
akuntan yang dianggap kreatif adalah akuntan yang dapat menginterprestasikan grey area (hal yang belum diatur secara
pasti) baik teknik ataupun kebijakan akuntansi yang ada dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan dari
interpretasi tersebut.
Ada
empat macam creative accounting yang
sering ditemukan saat ini, yaitu
a. Aggressive Accounting
adalah pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan agar laba tahun
berjalan lebih tinggi, terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
b. Earnings Management
merupakan manipulasi laba secara aktif untuk suatu target yang sudah ditentukan
sebelumnya oleh, misalnya, manajemen untuk suatu proyeksi yang sudah dibuat
oleh analis, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan smoother, more sustainable earnings stream.
c. Income Smoothing
adalah suatu bentuk earnings management
yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk
cara-cara untuk mereduksi dan menyimpan laba pada saat kinerja keuangan sedang
membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang
menurun.
d. Fraudulent Financial Reporting
adalah penyajian keliru (misstatement)
yang disengaja atau penyembunyian (ommision)
atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan
untuk memperdayain pengguna laporan keuangan melalui pendekatan administratif,
perdata, atau kriminal.
4.
Pengertian
Fraud Accounting
Menurut
Alison (2006) dalam artikel yang berjudul Fraud
Auditing mendefinisikan kecurangan (fraud)
sebagai bentuk penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian
tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan
bagi pelaku kecurangan.
Fraud Accounting
adalah suatu proses pencatatan akuntansi yang direkayasa sedemikian rupa guna
berbagai kepentingan. Dengan kata lain, Fraud
Accounting memiliki kemiripan dengan mark
up laporan keuangan yang seringkali mengecoh para pengambil keputusan.
Perusahaan yang melakukan fraud
accounting terindikasi secara sengaja guna menaikkan citra perusahaan.
Sehingga apabila perusahaan melakukan fraud
accounting, biasanya kondisi kesehatan perusahaan dalam keadaan bagus
walaupun sebenarnya tidak. Perusahaan yang melakukan accounting fraud biasanya melakukan hal ini namun tidak terdeteksi
oleh pelaku pasar (investor dan karyawan perusahaan tersebut). Oleh karena itu,
biasanya perusahaan yang melakukan fraud
accounting tiba-tiba saja diketahui publik walaupun prakteknya sudah lama
dilakukan.
5.
Kasus
Fraud Accounting
Enron merupakan perusahaan yang bergerak
dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi.
Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Enron menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan
energi terbesar di Amerika Serikat.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya
perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan US $600 juta padahal
perusahaan mengalami kerugian. Pada tanggal 2 Desember 2001 terungkap bahwa
terdapat hutang perusahaan yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang
tidak dikonsolidasi sehingga tidak dilaporkan ke dalam neraca perdagangan Enron
sendiri senilai lebih dari US $ 1 milyar. Dengan pengungkapan ini nilai
investasi dan laba yang ditahan (retained
earning) berkurang dalam jumlah yang sama. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Enron dan KAP Andersen
dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang
berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan). Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam
bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir
tidak ada nilainya. Enron, jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir
sebesar US $ 31.2 milyar
Referensi :