Sabtu, 05 November 2011

Likuiditas di Pasar Uang Antarbank Mulai Ketat

Diposting oleh Dyah Retno Wulandari di 11/05/2011 08:19:00 PM
Kamis, 3 November 2011 

Likuiditas di Pasar Uang Antarbank Mulai Ketat

JAKARTA - Usulan referendum oleh Perdana Menteri Yunani Papandreou dinilai menambah ketidakpastian situasi di Eropa. Bila rakyat menolak usulan talangan Dana Moneter Internasional (IMF), Yunani dianggap mengemplang utang sehingga berakibat semakin ketatnya likuiditas di pasar Eropa yang akan berimplikasi ke emerging market, termasuk Indonesia. 
"Dengan mengemplang, otomatis investor akan khawatir kalau negara-negara tetangganya akan ikut minta restrukturisasi seperti pada krisis 2008–2009. Mereka trauma menyalurkan kredit ke pasar fi nansial dan dipaksa membeli SUN karena akan lebih aman sehingga banyak SUN yang bermasalah," kata Ekonom Kepala Standard Chartered Bank Indonesia Fauzi Ichsan dalam diskusi Economic Outlook 2011 dengan tema "Mengukur Kekuatan Indonesia Menghadapi Krisis Global Lanjutan" di Jakarta, Kamis (3/11). 
Ia mengatakan jika Yunani mengemplang utangnya, secara otomatis harga surat utang negara latin di Eropa akan mengalami penurunan tajam. Jika harga SBN perbankan Eropa disamakan dengan harga pasar, akan memakan modal perbankan yang cukup besar sehingga perbankan Eropa akan mengalami krisis. "Mereka memarkir uangnya di European Central Bank (ECB) sehingga pasar uang Eropa akan macet," jelasnya. 
Hal itu akan berimplikasi negatif pada perbankan Asia. Pasalnya, perbankan Eropa mendanai 40–50 persen perbankan Asia, termasuk Indonesia. "Kita sekarang saja sudah merasakan ketatnya likuditas valas, pasar uang antarbank akan macet, dan yang terburuk dari Yunani mengemplang ini sehingga krisis akan berkepanjangan satu hingga dua bulan ke depan dan tidak mengubah fakta kekuatan ekonomi berubah ke timur," katanya. 
Deputi Menko Perekonomian bidang Perdagangan dan Industri Edy Putra Irawady mengatakan Indonesia memiliki pengalaman tiga kali krisis. Hal itu membuat ekonomi semakin kokoh di tengah krisis global, apalagi saat ini masih dalam tahap waspada. Apa yang terjadi di Eropa membuat perilaku korporasi banyak yang lari ke Indonesia. "Untungnya fondasi kita cukup kuat kalau lihat di dalam sendiri industri cukup kuat," katanya. fi a/E-9. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Dyah Retno Wulandari Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review